Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Hanif Dhakiri: Tarif AS Mengancam Industri Padat Karya Indonesia
Hanif Dhakiri: Tarif AS Mengancam Industri Padat Karya Indonesia

Hanif Dhakiri: Tarif AS Mengancam Industri Padat Karya Indonesia



Beritabaru.co – Kebijakan tarif AS yang baru diberlakukan Presiden Donald Trump menjadi sorotan tajam Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, M. Hanif Dhakiri. Ia menilai tarif tambahan sebesar 32% terhadap produk Indonesia merupakan “alarm serius” yang mengancam stabilitas ekonomi nasional.

“Ini bukan sekadar urusan dagang, tapi pukulan langsung ke industri padat karya dan jutaan pekerja. Pemerintah tak bisa hanya berdiri di pinggir lapangan. Harus turun tangan penuh,” tegas Hanif, Rabu (3/4/2025) di Jakarta.

Kebijakan tarif AS ini mulai berlaku sejak 2 April 2025 dengan tarif dasar 10% untuk seluruh negara, dan tambahan bervariasi. Indonesia terkena tarif 32%, sementara Vietnam 46% dan China 34%. Produk unggulan ekspor Indonesia seperti alas kaki, garmen, minyak nabati, dan alat listrik kini menjadi target beban perdagangan tinggi.

Tarif AS bisa berdampak pada PHK dan pelemahan daya beli

Hanif memperingatkan bahwa efek lanjutan dari tarif AS bisa sangat merugikan, termasuk menurunnya ekspor, naiknya angka PHK, dan tekanan inflasi.

“Kalau tidak diantisipasi, dampaknya bisa meluas—ekspor turun, PHK meningkat, inflasi naik, dan daya beli masyarakat tertekan,” ujar Wakil Ketua Umum DPP PKB tersebut.

Meskipun Bank Indonesia telah menggelontorkan USD 4,5 miliar untuk menahan gejolak rupiah, menurut Hanif itu belum cukup. Nilai tukar rupiah saat ini berada di angka Rp16.675 per dolar AS.

“Strategi moneter penting, tapi tak cukup. Tanpa penguatan sektor riil dan fiskal, ekonomi kita bisa limbung,” tegasnya.

Tarif AS harus dijawab dengan strategi berani dan industrialisasi

Menanggapi krisis akibat tarif AS, Hanif mengusulkan diversifikasi ekspor ke kawasan BRIICS dan Afrika, serta memperkuat UMKM dan industri lokal. Ia menekankan pentingnya industrialisasi untuk meningkatkan daya saing produk Indonesia.

“Tarif AS harus kita jawab dengan keberanian industrialisasi. Produk lokal tak boleh hanya bertahan—harus maju dan menembus pasar baru,” ucap Hanif.

Ia juga menyoroti peran besar pekerja migran sebagai kontributor devisa, yang menurutnya bisa menjadi pilar ekonomi nasional di masa depan.

“Mereka bukan beban, tapi kekuatan. Kalau dikelola serius, lima hingga sepuluh tahun ke depan mereka bisa jadi pilar ekonomi nasional,” tutup mantan Menteri Ketenagakerjaan RI itu.

Dengan tekanan global yang meningkat, Hanif Dhakiri menegaskan bahwa tarif AS adalah momen pembuktian arah kebijakan nasional: berani, nyata, dan berpihak.