Hasil Panen Merosot, Petani Tembakau di Senori Hanya Bisa Pasrah
Berita Baru, Tuban – Nasib petani tembakau di Kecamatan Senori tengah berada di ujung tanduk. Harga daun tembakau basah anjlok tajam dibandingkan tahun lalu, sementara kualitas dan hasil panen ikut merosot akibat cuaca tak menentu yang membuat musim kemarau berubah menjadi kemarau basah.
Salah satu petani tembakau di Desa Sidoharjo, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban, Guno (50), mengaku kecewa dengan hasil panen tahun ini. Menurutnya, daun tembakau yang dihasilkan tidak sebaik tahun-tahun sebelumnya karena terlalu banyak hujan yang turun saat masa tanam hingga panen.
“Tahun ini tembakaunya lembab, banyak yang busuk sebelum dijemur. Harga pun jatuh, jauh dari harapan,” ungkap Guno ketika di konfirmasi oleh awak media, jumat 10/10/2025.
Guno mengungkapkan, anjloknya harga tembakau semakin memperparah penderitaan petani. Saat ini, harga daun tembakau basah di tingkat petani hanya berkisar antara Rp2.500 hingga Rp3.500 per kilogram.
Padahal, pada musim panen tahun lalu, harga bisa menembus Rp4.500 hingga Rp5.500 per kilogram. Penurunan drastis ini membuat banyak petani merugi karena hasil panen tak sebanding dengan biaya tanam dan perawatan yang telah mereka keluarkan.
“Musim kemarau basah tahun ini sangat berpengaruh pada kualitas tembakau saya, jadi otomatis harganya juga turun,” ujar Guno.
Tak hanya kualitas yang menurun, hasil panen tembakau milik Guno juga merosot tajam. Ia menuturkan, daun tembakau jenis Codong yang biasanya bisa dipetik hingga lima sampai tujuh kali dalam satu musim, kini hanya mampu dipanen satu hingga dua kali saja. Kondisi itu membuat banyak petani kehilangan harapan untuk bisa menutup biaya produksi yang terlanjur membengkak sejak masa tanam.
Guno menambahkan, dengan kondisi panen yang seperti ini, kerugiannya bisa mencapai jutaan rupiah, mulai dari biaya penanaman, perawatan, hingga tenaga panen yang tak sebanding dengan hasil yang diperoleh.
“Mau bagaimana lagi, semua sudah terlanjur ditanam. Tahun ini memang benar-benar berat bagi petani tembakau,” ucapnya lirih.
Sementara itu, Busono (49), salah satu tengkulak daun tembakau basah asal Kecamatan Senori, mengungkapkan bahwa ia telah memiliki sejumlah petani binaan yang hasil panennya siap diserap dan dikirim ke perusahaan rokok.
Menurut Busono, penurunan kualitas tembakau tahun ini tak lepas dari dampak musim kemarau basah yang membuat kadar air pada daun tembakau meningkat. Akibatnya, banyak hasil panen petani yang tidak lolos seleksi perusahaan rokok.
“Kalau tahun lalu kualitasnya bagus, tapi sekarang cuacanya tidak menentu, jadi hasilnya ikut turun,” pungkasnya. (Sgt/Met)