IKSASS Badung Peringati Harlah ke-37 dan Haul Kiai Fawaid: Menjaga Api Perjuangan

Beritabaru.co, Badung — Suasana Jalan Raya Kuta, Badung, Selasa sore, 1 Oktober 2025, terasa berbeda. Ratusan santri dan alumni Pesantren Salafiyah Syafi’iyah memadati Parkiran Kampung Baru Tuban. Mereka datang untuk memperingati hari lahir Ikatan Santri Alumni Salafiyah Syafiiyah (IKSASS) Badung ke-37 sekaligus haul KHR Ahmad Fawaid As’ad ke-13. Tema yang diusung kali ini, “Beradab dan Peradaban”, terasa mengikat seluruh rangkaian acara.

Bagi Ketua IKSASS Badung, Moh. Ipung, peringatan ini bukan sekadar agenda tahunan. “IKSASS lahir untuk menjaga nilai perjuangan dan pengabdian yang diajarkan oleh pesantren. Itu bukan sekadar slogan, melainkan arah jalan yang harus dijaga,” ujarnya.

Ipung menekankan, kesetiaan kepada guru, pengabdian tanpa batas, dan integritas adalah warisan yang ingin terus dipertahankan.

IKSASS Badung, menurutnya, juga sedang menapak fase baru. Sejumlah capaian telah lahir mulai dari pembebasan tanah untuk kantor baru, program pembekalan santri, wadah alumni tahfiz bernama IJTIHAD Badung, hingga penguatan layanan bagi wali santri. “Semua itu bukan pencapaian akhir, tapi pijakan untuk langkah selanjutnya,” kata Ipung.

Jejak Kiai Fawaid

Nama Kiai Fawaid menjadi gema yang tak pernah padam dalam acara ini. Sosok karismatis asal Situbondo itu dipandang sebagai cermin keberanian. Tegas, berwibawa, dan tak gentar membela kebenaran. “Pesan beliau sederhana: perbaiki niat dalam mengabdi. Itu yang kami pegang,” ujar Ipung.

Maka, haul ke-13 Kiai Fawaid ini bukan hanya ritual mengenang, melainkan pengingat bagi alumni agar tak melepaskan akar nilai. Dalam pandangan IKSASS, membangun peradaban harus berangkat dari kesetiaan pada guru dan keberanian menegakkan kebenaran.

Di tengah gempuran arus modernitas, IKSASS Badung juga mulai menaruh perhatian pada media dan teknologi. Harapannya, kiprah mereka lebih dikenal luas, dan nilai yang diwariskan Kiai Fawaid bisa menjangkau lebih banyak orang.

“Salam Perjuangan, Salam Kiai Fawaid,” begitu seruan yang menggema di akhir acara, seakan menegaskan bahwa api itu masih dijaga.