Mengenang Arif Budimanta, Intelektual PDIP dan Penggagas Pancasilanomics

Berita Baru, Jakarta – Dunia politik dan akademik Indonesia berduka atas berpulangnya Dr. Arif Budimanta, aktivis, akademisi, sekaligus politisi PDI Perjuangan. Arif meninggal dunia pada Sabtu (6/9) dini hari, dalam usia yang relatif muda.

Ekonom senior Indef sekaligus Rektor Universitas Paramadina, Didik J. Rachbini, mengenang sosok Arif sebagai figur intelektual yang konsisten memperjuangkan gagasan ekonomi berlandaskan Pancasila dan konstitusi.

“Kepergiannya terlalu cepat karena masih muda usia. Tetapi takdir tidak bisa kita tolak, sehingga kita ikhlas melepas kepergiannya,” ujar Didik.

Arif Budimanta meniti karier sebagai anggota DPR RI periode 2009–2014 dan dikenal aktif menghidupkan gagasan “ekonomi konstitusi”. Melalui kaukus lintas fraksi di DPR, ia mendorong agar indikator kesejahteraan masyarakat menjadi prioritas dalam penyusunan APBN, bukan semata pertumbuhan ekonomi yang liberal.

Sejak 2008 hingga akhir hayatnya, Arif menjabat Direktur Eksekutif Megawati Institute, think tank PDIP. Dalam kapasitas itu, ia kerap menyuarakan gagasan-gagasan ekonomi politik, termasuk meluncurkan konsep Pancasilanomics, yakni sistem ekonomi berbasis nilai-nilai Pancasila yang adil, inklusif, dan berdaulat.

Pemikirannya tertuang dalam sejumlah karya, seperti buku Pancasilanomics: Ekonomi Pancasila dalam Gerak (2019) dan Arsitektur Ekonomi Indonesia. Melalui tulisan di media massa nasional, Arif banyak mengulas isu ketimpangan, UMKM, investasi, hingga keberlanjutan pembangunan.

Selain kiprah politik dan akademiknya, Arif juga berkontribusi di bidang sosial dan pendidikan. Ia aktif sebagai pengurus Yayasan Wakaf Paramadina yang menaungi Universitas Paramadina, sekaligus terlibat dalam diskursus publik yang mengkritisi kebijakan ekonomi dan politik nasional.

“Kepergian Arif banyak yang harus dikenang sebagai hikmah dan pelajaran hidup bagi generasi selanjutnya,” tambah Didik.