Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Rupiah Terancam Melemah di Tengah Gempuran Tarif Impor
Rupiah Terancam Melemah di Tengah Gempuran Tarif Impor

Rupiah Terancam Melemah di Tengah Gempuran Tarif Impor



Beritabaru.co – Nilai tukar rupiah diperkirakan akan terus mengalami tekanan akibat dinamika global yang belum mereda. Pada pembukaan perdagangan Senin (7/4/2025), rupiah diproyeksikan menyentuh angka Rp17.050 per dolar AS.

“Ada kemungkinan pada saat pembukaan pasar hari Senin rupiah akan tembus di level Rp17.050,” ujar Pengamat Mata Uang, Ibrahim Assuaibi, dalam pernyataannya, Sabtu (5/4/2025).

Ibrahim menjelaskan, pelemahan ini terlihat dari kontrak rupiah Non-Deliverable Forward (NDF) di pasar luar negeri yang sudah melemah ke level Rp17.006 atau turun 1,58 persen.

Salah satu penyebab utama adalah rilis data tenaga kerja Amerika Serikat yang menunjukkan hasil lebih baik dari ekspektasi.

“Salah satunya adalah rilis data tenaga kerja di Amerika Serikat di luar ekspektasi lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya,” katanya.

Tarif impor disebut picu penguatan dolar

Pelemahan rupiah semakin tajam setelah The Fed menyatakan bahwa penurunan suku bunga belum bisa dilakukan dalam waktu dekat. Di saat yang sama, Presiden AS Donald Trump kembali memanaskan tensi ekonomi global dengan menerapkan tarif impor baru terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia.

Salah satu kebijakan tersebut adalah bea impor sebesar 32 persen.

“Kita melihat negara lain melakukan perlawanan apa dilakukan oleh AS Indonesia melakukan negosiasi. Seharusnya Indonesia melakukan perlawanan juga dengan mengenakan bea impor terhadap produk produk dari AS, tetapi kenyataannya tidak melakukan,” jelas Ibrahim.

Kondisi ini menyebabkan rupiah kembali melemah cukup signifikan.

BI siapkan triple intervention hadapi tarif impor

Bank Indonesia menyatakan akan tetap menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Melalui strategi triple intervention, BI akan melakukan intervensi di pasar valuta asing, termasuk DNDF dan SBN di pasar sekunder.

“BI tetap berkomitmen untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah,” ujar Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso.

Langkah ini diambil sebagai respons atas tekanan tarif impor dan penguatan indeks dolar. Namun, menurut Ibrahim, intervensi ini kemungkinan belum cukup kuat untuk menahan pelemahan yang akan datang pada perdagangan awal pekan.