Tradisi Ramadan, Warga Sidomulyo Tuban Berburu Bubur Muhdhor
Berita Baru, Tuban – Setiap bulan Ramadan masyarakat di kelurahan Sidomulyo, Kecamatan/ Kabupaten Tuban berburu bubur di masjid Muhdhor yang berada di kelurahan setempat. Tradisi ini sudah dilakukan sekitar tahun 1960an, namun menurut data yang tercatat dari sekitar tahun 1937 tradisi ini sudah ada.
Butuh waktu sekitar 2,5 jam untuk memasak bubur yang sudah lama di kenal oleh masyarakat Tuban bubur Muhdhor itu. Meski sempat menghilang sekitar dua tahun karena dampak pandemi covid-19, kini bubur Muhdhor itu bisa dinikmati lagi oleh warga sekitar.
“Saya antri bubur Muhdhor yang rasanya manis sekali. Kemarin selama dua tahun gak ada, alhamdulillah sekarang sudah ada,” ungkap salah satu warga setempat yang sedang mengantri bubur muhdhor, Aisyah Baagil (9).
Aisyah mengaku butuh waktu lama untuk mendapatkan bubur yang hanya ada di bulan Ramadan itu. Bahkan ia rela mengantri hingga berdesak-desakan hanya untuk mendapatkan bubur muhdhor tersebut.
“Bubur muhdhor ini hanya ada di bulan suci Ramadan. Isi bubur Muhdhor sendiri ada rempah-rempah, ada dagingnya, dan ini buburnya masih panas,” tutur Aisyah saat diwawancarai awak media Tuban.
Sementara itu ditempat yang sama, Takmir Masjid Muhdhor, Agil Al Bunumay mengatakan, bubur muhdhor tidak pernah mengalami perubahan dari segi bumbu maupun rasa. Ini merupakan masakan khas dari Masjid Muhdhor Kabupaten Tuban.
“Bahan bakunya terdiri dari beras, santan, bumbu gulai, rempah-rempah, bawang merah, bawang putih, daging kambing dan campuran lainnya,” ujarnya.
Lebih lanjut, Agil Al Bunumay menambahkan, awalnya kegiatan bagi bubur ini pada saat jaman masih susah. Diperuntukkan buat masyarakat yang kurang mampu. Selain itu untuk jamaah masjid setempat.
“Dulu dibagikan ke rumah-rumah, untuk janda-janda yang kesusahan. Diantar oleh orang yang muda-muda, hal itu berjalan hingga tahun 70 an,” imbuhnya.
Namun seiring perkembangan jaman, saat ini untuk pembagian bubur tersebut masyarakat yang datang secara mengantri di masjid Muhdhor.
“Sekarang sudah tidak dibatasi untuk warga sekitar Kutorejo ataupun Sidomulyo, namun warga dari mana saja datang untuk menikmati bubur ini. Tapi insyaallah untuk musholla dan langgar sekitar masih tetap di utamakan,” pungkasnya.