Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Fauzan Fuadi: Santri Tidak Perlu Minder dalam Politik

Fauzan Fuadi: Santri Tidak Perlu Minder dalam Politik



IKLAN MEDIA AWASI KAMPANYE PILKADA 2024

Berita Baru, Tuban – Bicara soal santri, tentu identik dengan sarung dan kitab kuning. Namun bagi Fauzan Fuadi, santri tidak hanya lekat dengan hal-hal berbau religiusitas saja, tetapi santri juga perlu dipandang memiliki kecerdasan dan budi pekerti. 

Oleh sebab itu, menurut pria kelahiran Kabupaten Lamongan 13 Maret 1981 itu santri harus selalu siap dalam menghadapi tantangan hidup, baik mau menjadi wirausaha, pejabat negara atau jadi guru ngaji. 

Jebolan Pondok Pesantren Sampunan Bungah Gresik ini beranggapan, menjadi apapun santri nantinya, semuanya patut disyukuri. 

Secara khusus, Legislator yang akrab disapa Mas Fuad tersebut berpesan, di Hari Jadi Tuban ke-727 ini para santri Bumi Wali sudah semestinya merefleksikan diri dan mengambil peran dalam pembangunan daerah.

“Bagaimana pun juga, di momen Hari Jadi Tuban ke-727 ini para santri harus mampu merefleksikan kembali. Status Kabupten Tuban sebagai kota Bumi Wali,” katanya.

Menurut Mas Fuad, santri harus berani menghadapi tantangan apapun. Terlebih ketika harus berjuang melalui jalur politik. Santri tidak boleh alergi dengan politik.

“Karena diakui atau tidak, kepemimpinan santri telah ditunggu oleh banyak orang. Santri mempunyai daya tarik tersendiri, memiliki akhlak yang baik, budi pekerti yang baik, dan memiliki ciri khas kepemimpinan yang rahmatan lil alamin,” terangnya.

Di era politik global ini, Mas Fuad melanjutkan, politik semakin tidak dewasa. Banyaknya berita hoax, adu domba dan politik hitam yang selalu melupakan subtansi kemajuan sebuah negara. Ia menilai, kelompok orang seperti ini cenderung abai pada kemaslahatan bersama.

Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur ini menyatakan, hal di atas menjadi Pekerjaan Rumah (PR) bersama untuk merubah arus politik yang lebih santun dan bermartabat. Katanya, politik bukan alat yang bebas untuk digunakan. 

“Namun subtansi politik adalah untuk meraih kemajuan bersama.  Momentum inilah seharusnya santri bisa mengambil peran penting untuk menciptakan kedewasaan berpolitik,” lanjutnya.

Dalam mengambil peran itu, Mas Fuad menegaskan “Santri tidak perlu minder”. Karena menurutnya di luar sana banyak santri yang sukses jadi pengusaha, politisi, dan di sektor-sektor lainnya yang mereka tekuni. 

“Santri juga tidak perlu gagap dalam menghadapi era teknologi dewasa ini. Kemajuan tidak bisa dihindari, namun diikuti dengan ritme yang baik. Dengan demikian kita tidak akan tergerus oleh kemajuan jaman,” ungkapnya.

Pada momentum HJT ke-727 ini, Mas Fuad mengajak para santri bersama-sama merajut asa demi kemajuan Tuban Bumi Wali. Mengutip seorang pemikir, ia mengatakan, “jika orang baik tidak masuk politik, maka yang akan mengisinya adalah orang-orang jahat,” katanya.

Era Milenial, Santri Harus Adaptif 

Lebih dari itu, Mas Fuad menganggap, santri memiliki sikap dewasa dalam menghadapi keadaan apapun. Sikap ini, kata Mas Fuad, merupakan modal besar yang harus dikembangkan. 

“Kepribadian santun adalah bagian yang tidak pernah terpisahkan dari diri seorang santri. Oleh sebab itu, ciri khas yang dimiliki oleh seorang santri harus di manage dengan baik,” paparnya.

Selain itu, Mas Fuad menjelaskan, santri harus koperatif dalam melihat perkembagan jaman. Di mana perkembangan tersebut adalah bagian yang tidak bisa dihindarkan.

Mas Fuad juga menyampaikan di beberapa forum reses, DPRD Provinsi Jawa Timur sedang menginisiasi Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA) tentang pesantren. 

“Harapannya pesantren mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Dengan demikian, pesantren akan terjaga sepanjang masa. Karena pesantren adalah bagian terpenting yang tidak bisa dipisahkan dari negara Indonesia. Pesantren memiliki kontribusi besar terhadap berdirinya negara ini,” terangnya.

Tujuan dari pada rancangan peraturan tersebut juga memberikan legal formal dan status yang jelas terhadap keberadaan pesantren. “Oleh sebab itu, corak atau ciri khas para santri jangan pernah pudar,” tegasnya.

Solusi Pengembangan Potensi Bumi Wali Tuban

Semenatara itu, mengingat hampir 75 persen masyarakat Kabupaten Tuban adalah warga Nahdliyin, Mas Fuad membenarkan, bukan hal yang salah, jika Tuban dijuluki Bumi Wali. Banyaknya makam auliyak, juga terdapat banyaknya Pondok Pesantren (PP); Singgahan, Jenu, Bangilan, Senori dan lainnya, adalah bukti legitimasi tersebut.

“Sumber Daya Manusia (SDM) yang berasal dari santri inilah yang harus mendapatkan perhatian juga. Secara mentalitas santri sudah mengalami gemblengan di pondok pesantren. Bukan hanya unsur keagamaan saja yang menjadi titik tekan, namun sosok kepemimpinan sudah ditanamkan sejak dini,” lanjut Mas Fuad.

Ia kembali menegaskan, sudah banyak bukti jika kemampuan kepemimpinan santri tidak perlu diragukan lagi, baik dari pimpinan organisasi tingkat desa, pimpinan Parpol sampai Presiden. Katanya, hal Itu menunjukan jika santri sudah memiliki kesiapaan yang memang benar-benar teruji.

“Di momen HJT ke-727 ini merupakan bagian terpenting untuk menyadari peranan santri harus mendapatkan porsi lebih. Sebab mengulas kembali kejayaan Tuban pada masanya,” tuturnya.

Mas Fuad mencontohkan, salah satu santri dan juga pemimpin Tuban adalah Bambang Sudjono Putro Bupati Tuban ke-22. Kematangannya menjadi santri, membuat Bambang sukses membangun pertanian dan perdagangan Tuban di masanya. 

Katanya, Bambang menjadi contoh titik temu antara religiusitas dan kepemimpinan mampu mengakomodir kepentingan bersama untuk menjadikan masyarakat sejahtera.

“Hari ini apa yang menjadi warisan nenek moyang wajib dirawat dengan baik oleh stake holder (pihak berkepentingan) untuk menjadikan Kabupaten Tuban lebih religius, berakhlak, menjadikan masyarakat Tuban terangkat harkat dan martabatnya,” pungkas Mas Fuad.

Bagi Mas Fuad, Tuban adalah satu kota istimewa. “Semoga di HJT ke-727 Kabupaten Tuban akan terwujud sebagai daerah baldatun toyyibatun warobbun ghofur,” tutupnya. (Wan/Fit)