Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Gelar Dikdasaba, Ponpes Al Islah Al-Mustofawiyah Palang Bentuk Karakter Santri yang Berakhlaqul Karimah

Gelar Dikdasaba, Ponpes Al Islah Al-Mustofawiyah Palang Bentuk Karakter Santri yang Berakhlaqul Karimah



IKLAN MEDIA AWASI KAMPANYE PILKADA 2024

Berita Baru, Tuban – Ponpes Al Islah Al-Mustofawiyah, Desa Palang, Kecamatan Palang, Tuban terus melakukan terobosan pendidikan agama. Melalui, program Pendidikan Dasar Santri Baru (DIKDASABA) santri dan santriwati dibentuk agar punya karakter kuat. Yaitu, karakter santri yang berakhlaqul karimah, kritis, kreatif, dan inovatif.

Acara yang digelar selama tiga hari itu dibekali dengan banyak materi. Seperti, Ke Al-Mustofawiyahan, Ke Al Islahan, Akhlaq, Adab, dan Tatakrama. Kemudian materi, Kerapian, Kedisiplinan, Kesehatan dan English Camp. Dengan materi yang disampaikan, santri diharpkan tidak hanya paham perihal keagamaan tapi juga luwes dalam hal pendidikan umum.

“Prinsipnya Program DIKDASABA mengimplementasikan ilmu bagi para santri, sehingga dapat mencetak santri yang berkualitas dan berakhlakul karimah,” kata Ustad Faiz Asgoni Mahali, Sabtu (7/8/2021).

Gelar Dikdasaba, Ponpes Al Islah Al-Mustofawiyah Palang Bentuk Karakter Santri yang Berakhlaqul Karimah
Dikdasaba PP. Al Islah Al-Mustofawiyah Palang

Ponpes asuhan KH Rofi’udin Sulchan ini juga memiliki program andalan. Dintaranya, Tahfidzul Qur’an dan Amtsilati atau metode cepat membaca kitab kuning. Program andalan ini juga membuat ponpes ini kerap mengirim santrinya untuk mengikuti pelatihan khusus guru Amtsilati di Mojokerto.

“Progam Amtsilati adalah metode cepat dan praktis membaca kitab kuning. Pembelajaran Amtsilati sendiri ditarget 6 hingga 12 bulan. Dengan waktu yang sudah di tentukan santri ditunutu bisa menguasai ilmu nahwu dan shorofnya,” terang alumnus Santi Bahrul Ulum Jombang itu.

Melalui metode inilah, diharapkan para santri mempunyai bekal dan waktu memadai untuk mendalami berbagai ragam khazanah kitab kuning. Pasalnya saat menggunakan metode tersebut, para santri tak harus menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk menguasai dua cabang ilmu nahwu dan shorof sebagai prasyarat dasar untuk membaca kitab.

“Hanya dalam hitungan bulan, seorang santri sudah bisa membaca kitab dan jika kemampuan ini diasah secara konsisten, maka santri bersangkutan akan mahir baca kitab dalam tempo yang relatif lebih singkat,” pungkasnya. (Wan/Mam)