Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Warisan Mahbub untuk Indonesia dan Gelar Kepahlawanan

Warisan Mahbub untuk Indonesia dan Gelar Kepahlawanan



Berita Baru, Tuban – Kurang lebih 27 tahun yang lalu Mahbub Djunaidi Meninggalkan kita, walaupun telah tiada, namun tokoh yang terkenal dengan kritiknya yang sangat tajam kepada pemerintah ini meningggalkan banyak sekali warisan untuk indonesia yang tidak boleh dilupakan.

Bagi kader PMII Mahbub merupakan tokoh yang mampu menancapkan panji-panji gerakan, sehingga organisasi ini dapat bertahan sampai detik ini. Tidak salah kiranya ketika ke 13 deklarator berdirinya PMII pada tahun 1960 an mempercayakan ketua Umum Pertama organisasi ini kepada Mahbub. Atas kepiawaain mahbub pula, PMII menjadi salah satu organisasi kepemudaan terbesar di indonesia yang eksistensinya tetap diakui sampai sekarang.

Kontribusi Mahbub kepada PMII sangatlah besar, Diantara kontribusi yang sangat menonjol lagu mars PMII, lagu ini diciptakan langsung olehnya untuk menempa jiwa dan semangat Mahasiswa (khususnya kader PMII)“Inilah kami wahai Indonesia Satu barisan dan satu cita Pembela bangsa, penegak agama Tangan terkepal dan maju kemuka” penggalan bait mars PMII karangan Mahbud Djunaidi ini sering dikumandangkan ketika aksi demontrasi atau mahasiwa turun kejalan. Lagu ini biasanya disandingkan dengan lagu – lagu perjuangan lainnya seperti, Darah Juang, Buruh Tani, Berderap dan Melaju.

Harus diakui kepemimpinan Mahbub dalam mengembangkan PMII untuk menjadi organisasi besar dan disegani terbukti sejak pertama kali dia mendapat mandat menahkodai organisasi yang di inisiasi oleh pentolan – pentolan IPNU se indonesia ini. Dia terus gerilya dari kota- ke kota, dari daerah ke daerah untuk mendirikan cabang – cabang PMII di setiap Wilayah, sehingga saat kongres pertama PMII tahun 1961 telah dihadiri perwakilan 13 cabang PMII dan pada kongres berikutnya (kongres ke II PMII) yang dilaksanakan di yogyakarta mengalami perkembangan yang cukup significan dengan dihadiri 31 cabang dan 18 cabang baru PMII se Indonesia. Capaian hebat ini tentu tidak bisa dijangkau, apabila mahbub tidak bisa memainkan perannya sebagai seorang Leader Organsasi yang berpengaruh, apalagi PMII pada tahun yang 1960 – 1966 masih tergolong sebagai organisasi baru, dibandingkan dengan HMI 1947 an,GMKI 1950 an, PMKRI 1947 an dan GMNI 1950. yang kelahiranya lebih awal. Mahbub tercatat dan dipercaya pemimpin tertinggi di tubuh PMII selama dua periode yakni periode pertama 1960-1963 dan periode kedua 1963-1966. Hingga saat ini PMII di seluruh Indonesia sudah memiliki 228 Pengurus Cabang (PC) dan 28 Pengurus Koordinator Cabang (PKC) definitif.

Mahbub tidak hanya piawai dalam menahkodai sebuah organisasi, dia juga sangat lihai dalam mengkader, sekitar tahun 1966 an kepemimpinan Mahbub di PMII digantikan oleh Zamroni, ditangan zamroni inilah perkembangan dan kemajuan PMII sangatlah pesat, bukan hanya itu saja, zamroni juga tercatat sebagai tokoh dibalik lahirnya kesatuan Aksi mahasiswa Indonesia (KAMI) dan tercatat sebagai presedium organisari tersebut. Walaupun usia KAMI tergolong singkat hanya 4 bulan, namun mampu menyuarakan Tiga Tuntutan Rakyat (Tritura) yang isinya, Pembubaran PKI dan Anteknya, membubarkan dan merombak kabinet Dwikora, menurunkan harga kebutuhan pokok.

Sepak terjang heroisme Zamroni tentu tidak bisa dilepaskan dari mentornya yaitu Mahbub Djunaidi dan organisasi PMII yang di embannya, sehingga PMII dan Zamroni cukup disegani di mata Para Aktifis lainnya seperti Cosmas Batubara, Sofyan Wanandi, Abdul Ghofur, dan dafid Napitupu (mengenal KAMI – tempo.co).

PMII sebagai salah satu Warisan dari perjuangan Mahbub untuk generasi bangsa indonesia. Pokok-pokok pikirannya yang dituangkan kedalam tubuh PMII melalui sistem pengkaderan Mapaba, PKD, PKL dan PKN telah mampu melahirkan ribuan kader pemimpin bangsa yang tersebar disemua lini lembaga negara indonesia. Mahbub pernah berucab bahwa PMII merupakan alat perjuangan, sedang berpolitik adalah untuk mengamalkan ilmu pengetahuan dalam perjuangan mengabdikan diri pada agama, bangsa, dan negara.

Mahbub, PWI dan Kewartawanannya

Insan pers Indonesia tidak boleh melupakan sosok Mahbub Djunaidi yang pernah dua kali memimpin organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Tercatat Mahbub sebagai Ketua Umum PWI melalui Kongres XIII PWI, 17-22 Juni 1968 di Banjarmasin, (masa bakti 1968-1970) dan terpilih kembali untuk kedua kalinya pada Kongres XII PWI, 4-7 November 1965 di Jakarta (masa bakti 1965-1968) Periode kedua ini mahbub didampingi Sekertaris Jenderal Jakob Oetama, pendiri Majalah Tempo. (pwi.or.id).

Mahbub terjun ke dunia jurnalistik sekitar tahun 1958 mengisi Harian Duta dan menjadi Pemimpin Redaksinya pada tahun 1960-1970. Dalam menuangkan tulisannya, Mahbub memiliki gaya tulisan khas, yaitu sangat ringan tetapi memuat kritik tajam terhadap persoalan serius yang dituangkan secara satire. Apalagi menyangkut persoalan rakyat kecil, menyuarakan kebenaran dan membela wong cilik, dia sangat berani melakukan kritikan yang tajam melalui tulisannya kepada pemerintah saat itu. Tidak heran kalau Mabhub sampai dijuluki “Si burung parkit di kandang macan”, Dan Pendekar Pena. kritik mahbub kepada pemerintah semata-mata untuk mengingatkan pemerintah akan tanggung jawabnya memimpin bangsa dan negara dan memperhatikan rakyat kecil yang sedang kesulitan. Dunia jurnalistik (PWI) adalah alat perjuangannya.

Bukti lainnya akan nasionalime Mahbub kepada bangsa dan bahasa indonesia ditunjukkan saat sebagai utusan PWI menghadiri event kewartawanan di Vietnam, sebagai seorang jurnalis Mahbub sangat fasih berbahasa Inggris namun dia tetap menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi di antara bahasa lain yang digunakan dalam forum itu.

Sebagai seorang kolumnis saya masih meyakini bahwa Sosok Mahbud Djunaidi tetap berada di relung dan hati para kader wartawan Indonesia, tulisan dan karya-karyanya yang hingga saat masih menjadi rujukan banyak penulis tanah air. Sulit sebenarnya menemukan tokoh sekomplit dan sekaliber Mahbub ini. Menurut Gusdur, “ Mahbub Merupakan tokoh gerakan, pejuang ideologi, jurnalis. Aset perjuangan mahbub cukup besar untuk bangsa ini, dia mampu memikirkan hal-hal yang berhubungan dengan rakyat kekinian dan dimasa yang akan datang.

Selain menjadi tokoh sentral PMII dan PWI, Mahbub juga dikenal sebagai tokoh dibalik terciptanya Mars GP Ansor. Mars ini disinyalir sebagai pengobar semangat para kader Ansor Banser. Dan selanjutnya Menghibahkan perjuangannya di NU.

Pahlawan Nasional untuk Mahbub

Inisiasi gelar pahlawan Nasional selalu di dengungkan oleh para kader PMII, terbaru digelorakan oleh PKC PMII jawa Timur. Ketika melihat rekam jejak perjalan dan kontribusi Mahbub untuk bangsa ini, kiranya sudah saatnya Mahbub Djunaidi dianugrahi Pahlawan nasional. Warisannya untuk bangsa indonesia melalui wadah pengkaderan di tubuh PMII, Gagasan besarnya yang digoreskan melalui tinta jurnalistik PWI, dan Kobaran api juang melalui Mars Ansor merupakan bukti sahih jejak warisan Mahbub untuk Bangsa Indonesia, dimana ketiga organisasi tersebut hingga saat ini masih menjadi benteng dan pilar Bangsa Indonesia yang akan terus menelurkan bibit tokoh bangsa.

Menurut UU Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan Pasal 4, Pahlawan Nasional adalah gelar yang diberikan kepada warga negara Indonesia, berjuang melawan penjajahan, dan gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara, atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara Republik Indonesia.

Adapun persyaratan yang harus dipenuhi tertuang dalam Pasal 25 dan Pasal 26, diantaranya; Pernah memimpin perjuangan bersenjata atau politik atau bidang lain untuk mencapai, merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa; Mengabdi dan berjuang hampir sepanjang hidupnya, Melahirkan gagasan besar untuk  pembangunan bangsa dan negara, Menghasilkan karya besar yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat luas atau meningkatkan harkat dan martabat bangsa, Memiliki konsistensi jiwa dan semangat kebangsaan yang tinggi atau melakukan perjuangan yang mempunyai jangkauan luas dan berdampak nasional.

Apa yang termaktub didalam UU No 20 tahun 2019 diatas kita rasa sudah terpenuhi semua untuk menggambarkan sosok Mahbub mendapatkan gelar pahlawan Nasional, Gelar pahlawan ini semata-mata diperjuangkan adalah untuk menghargai segala perjuangannya untuk kemajuan bangsa Indonesia. Gelar pahlawan tersebut juga diharapkan mampu menjadi pelecut bagi anak bangsa serta meneladani sikap keberanian, kegigihan, keintelektualan dalam menyuarakan kebenaran dan pembelaan kepada kaum mustad afin (kaum Tertindas) dan menjadi pemompa bagi generasi muda untuk terus menerus dan berani menghibahkan jiwa dan raganya agar kemajuan bangsa dan negara dapat tercapai.


Penulis : Ahmad Zairudin
Ketua Umum PC PMII Surabaya (2013-2014)
IKA PMII, Pengurus Ansor dan Kolumnis
[email protected]