Ranggalawe Sosok Pahlawan Tuban, yang Dianggap Pemberontak Majapahit
Setiap daerah memiliki tokoh yang dianggap sentral dalam membangun pondasi berdirinya suatu daerah. Peranan tokoh itulah, menentukan arah langkah kota tersebut nantinya.
Salah satu tokoh yang memiliki andil besar, baik dalam kontribusinya membantu berdiri Kerajaan Majapahit hingga kepemimpinannya di Kabupaten Tuban. Namun sangatlah miris, jika ada penuturan dari sejumlah pihak, jika Ranggalawe merupakan sosok pemberontak.
Melanjutkan ekspedisi mengupas jejak nenek moyang kota Tuban. Baritabaru.co biro Tuban mendatangi komplek pemakaman Ranggalawe di Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Tuban kota.
Memasuki area komplek pemakaman, kita disambut dengan gapura berwarna hijau, beberapa pohon beringin besar nan rindang, serta bangunan persegi empat seperti sebuah paseban (balai penghadapan atau balai tempat berkumpul) yang begitu kental dengan corak warna-warna kerajaan zaman dulu.
Menurut Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Ranggalawe , Tahun 1292 Ranggalawe dikirim ayahnya untuk membantu membuka lahan pemukiman yang nantinya menjadi cikal bakal Kerajaan Majapahit.
Setelah runtuhnya Kadiri, Ranggalawe diangkat menjadi Adipati Tuban yang pertama. Atas jasanya membantu berdirinya Kerajaan Majapahit dan peranannya dalam setiap pertempuran.
“Ranggalawe itu Keturunan Raden Wiraraja penguasa Sumenep Madura yang menikah dengan Nyai Ageng Lanangjaya putri dari RA, Dandang Watjana yang membuka daerah Tuban pertama kali,” ungkap Rahmat juru kunci kompleks makam.
Didalam kompleks makam Ranggalawe terdapat 12 makam. Yaitu makam Ranggalawe, Raden Sira Lawe, Raden Sira Wenang, Raden Hariya Sira Wenang, Raden Hariya Lena, Raden Hariya Dikara, Raden Hariya Tedja, Raden Hariya Balabar, Kyai Ageng Batu Lare, Nyai Ageng Manila, Nyai Dara Kuta, Nyai Ageng Gunsiah, Raden Ajeng Hariya Tedja.
Masa Kepemimpinan Digdaya yang Singkat Masa Jabatannya
Kedigdayaan Ranggalawe memang sudah dimiliki sejak masih kecil. Sejak kecil Ranggalawe diajari ayahnya banyak hal, mulai strategi perang, pemerintahan dan lain sebagainya.
Dalam sejarah kedigdayaan Ranggalawe sangat mashur. Ia memiliki dua kuda perang yang sagat hebat, Gagar Manik dan Nilam Ambara.
Ranggalawe juga memiliki keris sakti mandra guna yang sampai hari ini diburu oleh banyak orang, yaitu keris Mega lamat. Konon jika orang yang ingin memiliki Keris Mega lamat memiliki sikap sombong dan kedonyan (rakus keduniawian), sampai kapanpun tidak akan pernah bisa mendapatkannya. Bahkan melihatnya pun tidak akan pernah bisa.
Kepemimpinan Ranggalawe begitu singkat. Tidak kurang cuma tiga tahun. Karena diserang badai fitnah yang begitu luar biasa. Sehingga citra kemimpinan dan figur Ranggalawe, banyak disandingkan dengan sosok suka memberontak, pembelot, atau pembangkang.
Pada awal waktu ketika Ranggalawe menata Kadipaten Tuban sudah terjadi gejolak. Pada saat itu Kerajaan Majapahit (Mojokerto) terjadi perebutan kedudukan.
Atas hal ini Raden Ranggalawe difitnah sebagai pemberontak atau dalang dari pergolakan yang terjadi. Sebab Ranggalawe dan ayahnya memiliki peranan yang sangat kuat di Majapahit atau bisa dibilang satu inisiator perdirinya kerajaan. Akhirnya terjadi peperangan besar dan menyebabkan meninggalnya Lembu Sora, Kebo Anabrang, Patih Nambi, dan Ranggalawe sendiri.
Setelah Ranggalawe meninggal, pemerintahan Kadipaten Tuban dilanjutkan oleh putranya, Sira Lawe, kemudin dilanjutkan oleh buyutnya, Sira Wenang. Karena sistem kerajaan adalah monarki. Sehingga yang melanjutkan jabatan adipati atau raja, mulai anak, cucu, buyut, wareng, udek-udek siwur dan seterusnya sampai turun temurun.
Dari Fitnah Keji Hingga Menjadi Pemimpin yang Dikagumi Rakyat Tuban
Jika orang Majapahit berkeyakinan Raden Ranggalawe sebagai pemberontak, Tidak bagi orang Tuban. Orang-orang Tuban berkeyakinan bahwa, Ranggalawe adalah orang yang sangat baik. Dan pemimpin adil yang bisa melindungi seluruh rakyatnya.
“Berbuat baiklah dengan sesama manusia, jalankan kebenaran dan jauhilah keburukan. Katakan kebeneran meskipun sakit. Itulah ajaran Eyang Ranggalawe yang saya dapat dari para leluhur,” ungkap Rohmad.
Kecintan masyarakat Tuban, ibarat duri sudah membusuk didalam darah dan daging kepada Ranggalawe. Sehingga sebelum pelaksanaan Hari Jadi Tuban (HJT), terlebih dulu para tokoh dan masyarakat di Tuban melaksanakan peringatan mengenang jasa Raden Harjo Ranggalawe. Dan tak jarang, setiap para calon Bupati pada musim Pilkada melaksanakan ziarah kemakam Bupati Tuban terdahulu, sekedar hanya memohon restu ataupun merefleksi segenap nilai-nilai ajarannya.
Biasanya peringatan Haul Ranggalawe diadakan sebelum haul Mbah Sunan Bonang. Tepatnya pada bulan Suro atau Muharram. Tradisinya bernama ‘manganan’ (Sedekah Bumi) yang berisikan rangkaian kegiatan kirim doa sekaligus pengajian.
Foto: Cungkup Makam Adipati Raden Harjo Ranggalawe
Pemuda Tuban Cerminkan Sikap Ranggalawe
Sudah menjadi barang tentu, sebagai generasi muda yang ada di Kabupaten Tuban harus belajar dari sikap Ranggalawe selaku leluhur yang pernah menanamkan nilai-nilai keluhuran budi pekerti. Ditengah perubahan zaman, karena pengaruh derasnya informasi, seharusnya nilai-nilai tradisi serta sejarah tidak turus serta tergerus dan hilang dari peradaban tanah Bumi Wali.
Cerminan sikap yang diajarkan Ranggalawe adalah jiwa kesatria yang bertangung jawab dengan tugas yang diembannya. Jujur dalam bersikap. Teguh dalam berprinsip. Kecintaan terhadap sesama manusia yang sangat tinggi. Menjunjung nilai-nilai keluhuran budi, serta mental baja demi menegakkan kebenaran demi terwujudnya kesejahteraan untuk semua orang. (*)
Tim Redaksi: Tuban.beritabaru.co