Sumur Kering, Warga Desa Jadi Harus Susuri Hutan Cari Air Bersih
Berita Baru, Tuban – Sudah Sekitar tiga hingga empat bulan sumur warga Dusun Gowah, Desa Jadi, Kecamatan Semanding mengering. Akibatnya, mereka terpaksa harus berjalan kaki menyusuri kawasan hutan untuk menuju satu-satunya sumur yang saat ini masih terdapat air.
Pemandangan tersebut sudah biasa terjadi, dikala Musim kemarau melanda sejumlah wilayah tersebut. Suci Wuryani, warga Dusun Gowah saat dikonfrimasi mengaku, untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari, dirinya bersama anaknya terpaksa berjalan kaki menuju tengah hutan jati, sambil menggendong jerigen untuk mengambil air bersih. Sebab, jalur menuju ke sumur tersebut tidak dapat dilalui kendaraan.
“Di atas sudah tidak ada air, jadi terpaksa saya mengambil dari sumur ini untuk kebutuhan minum, masak, dan mencuci,” ucapnya Selasa (22/9/2020).
Bahkan, saat berada dilokasi sumur, dia pun juga harus membawa pakaian kotor untuk sekalian dicuci. Kemudain pulang sambil menggendong tampungan air yang terbuat dari plastik itu untuk kebutuhan sehari-hari.
Ditempat yang sama, Winaryo, warga Desa Prunggahan Kulon, Kecamatan Semanding ini juga lebih memilih mencuci baju disumur tersebut daripada harus membeli air yang harganya relatif mahal, yakni antara Rp150 ribu hingga Rp.200 ribu pertangki.
“Biasanya empat hari sekali saya bersama anak kesini untuk mencuci baju. Daripada membeli air, kami memilih air disumur Gowah ini,” pungkasnya.
Informasi yang diperoleh, dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tuban, tercatat sebanyak 12 Desa dari 5 Kecamatan, di wilayah Kabupaten Tuban telah mengalami kekeringan.
Masing-masing, Kecamatan Semanding, Grabagan, Montong, Parengan, dan Kecamatan Senori. Jumlah ini diprediksi akan terus bertambah, mengingat musim kemarau masih panjang, terlebih data dari tahun lalu, kekeringan tercatat melanda hingga 55 Desa. (Dur)