Desa Ngino Siap Go Desa Wisata Nasional
Berita Baru, Tuban – Potensi wisata desa di Desa Ngino Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban tengah didorong untuk dapat membangkitkan kedatangan wisatawan. Hal itu sejalan dengan konsep desa wisata yang di usung pemerintah desa beserta Bumdes, Pokdarwis, serta eleman masyarakat yang ada di desa. Baik komunitas maupun organisai kepemudaan.
Masyarakat yang dulunya hanya bertani dan berternak, kini diarahkan memulai mempercantik desanya dengan berbagai daya tarik, untuk menjadi kunjungan destinasi wisata. Tak tanggung-tanggung, kedepan sejumlah potensi wisata akan dibangun di Desa Ngino. Dengan harapan semua potensi mampu terekspos dan memberikan dampak positif perekonomian masyarakat.
“Kami berharap di tahun 2025 Desa Ngino mampu menjadi Desa wisata Nasional,” tutur Wawan Hariyadi, Kepala Desa Ngino kepada Tuban.beritabaru.co, Rabu (7/10/2020)
Wawan menambahkan, target Anggaran Tahun 2021 kedepan Ngino di buat desa wisata terintegrasi. Pengelolaan sapi bersama yang dibuatkan kandang komunal. Sehingga kotorannya mampu diolah menjadi pupuk padat dan cair. Selain itu juga akan dibangun Pusat Kuliner, Ngino horti atau kampung sayur, kemudian desa atraksi, Wisata Agro, dan Kali Andong. Tidak lupa penambahan fasilitas protokol kesehatan, seperti tempat cuci tangan, pengaturan antre tiket masuk wisata dengan membuata batasan jarak, alat pengukur suhu atau thermogan dan beberapa fasilitas lainya.
“Hari ini telah memfokuskan seluruh stekholder di desa untuk fokus pembinaan mentalitas untuk wirausaha. Harapan ke depannya mampu meningkatkan pendapatan warga,” tambah Wawan.
Dengan mengangkat tagline, ‘Ngino loman’ akan memberikan apapun secara mudah bagi masyarakat desa demi mewujudkan kesejahteraan. ‘Ngino Loman’ menuju Desa wisata Nasional tahap demi tahap sudah mulai ditata. Terbukti dengan adanya wisata Sendang Asmoro yang menjadi icon wisata Desa Ngino yang dirintis tahun 2017, kini telah mendatangkan wisatawan dari berbagai kota di luar Tuban pertengahan 2018.
“Harapan muncul karena adanya ruang. Adanya sendang asmoro itu,” pungkas Wawan.
Keindahan Sendang Asmoro dulu tidak seindah sekarang. Dulu Sendang Asmoro adalah semak belukar dan sangat rimbun. Sehingga masyarakat tak jarang menjamah tempat tersebut, takut walaupun sekedar bermain.
“Untuk meramaikan Sendang Asmoro butuh waktu 1,5 tahun,” tutur Hartomo ketua Pokdarwis.
Hartomo, pria kelahiran tahun 1980 ketua Pokdarwis melakukan pemberdayaan pada masyarakat Ngino. Namun tidak semudah membalikan telapak tangan. Cibiran dan anggapan kurang kerjaan itu muncul dari warga setempat.
“Membangun wisata itu harus bermodal gila, kalau tidak gila, tak akan jadi. Karena harus mendengarkan cibiran orang,” tegas Hartomo.
Sebelumnya banyak yang meragukan, namun dengan modal tekat dan membuat komunitas Gerakan Peduli Ngino (GPN) secara perlahan mayarakat mulai tergugah kesadarannya. Dengan prinsip Sebaik-baik manusia yaitu orang yang bermanfaat untuk orang lain, dan strategi merebut hati warga sekitar dengan membuat komunitas sosial. Hal itu yang menjadi keyakinan besar, jika di tahun 2025 desa Ngino mampu Go Nasional dengan wisatanya.
Selain itu Hartomo memberikan kiat-kiat mengelola wisata dengan baik, modal ikhlas, jangan mudah marah, menjaga kekompakan.
“Banyak kasus terjadi di beberapa wisata itu tidak finalnya komunikasi antara pihak desa, ketua Bumbes dan Pokdarwis. Makanya target tidak sampai. Sehingga pembagunan jadi mangkrak,” tutup Hartomo.(Mam/Dur)