Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Fahrudin Faiz Jagongan Filsafat di IAINU Tuban

Fahrudin Faiz Jagongan Filsafat di IAINU Tuban



Berita Baru, Tuban – ‘Dalam filsafat, untuk memperkaya konsep’ ungkapan pertama yang diungkapkan Fahrudin Faiz, pemateri tunggal dalam acara Jagongan Filsafat di Aula lantai 3 Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama (IAINU) Tuban. Sabtu (14/02/2020).

Kegiatan tersebut sebagai pembuka Rapat Koordinasi (Rakor) Badan Eksekutif Mahasiswa Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama Se-Jatim (BEM PTNU), selama dua hari kedepan, yakni Sabtu sampai dengan Minggu (14-15/3/2020).

Pria yang menjabat sebagai Dosen Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta itu mengungkapkan, ketika mahasiswa faham filsafat, harus kaya konsep. Karena untuk memperjelas tindakan mahasiswa dalam melakukan gerakan. Dalam memasuki level filsafat, maka yang dipikirkan bukan hanya diri sendiri, tapi mahasiswa harus lebih memikirkan sesuatu tindakan yang terkonsep dengan baik.

“Ciri mahasiswa yang cerdas adalah mempunyai gagasan, mampu membuat argumen dan terobosan demi mencerdaskan kehidupan bangsa,” tegasnya.

Fahrudin Faiz Jagongan Filsafat di IAINU Tuban
Foto: Peserta BEM PTNU Se-Jatim dan Jagongan Filsafat

Dalam penjelasannya, Fakhruddin Faiz meminjam Konsep Paulo Freire, tentang tiga konsep kesadaran, pertama kesadaran magis, yaitu orang yang mengaitkan permasalahan pada keajaiban. sehingga tidak mampu mengaitkan masalah kehidupan sosial. Kedua, kesadaran naif, orang yang tidak mampu mengeluarkan diri dari persoalan, tidak mampu mengaitkan masalah sosial pada dirinya.

Ketiga, kesadaran kritis, yaitu orang yang mampu memetakan persoalan dan mampu keluar dari masalah. Tiga konsep ini sebagai konsep revolusi mental. Yaitu sebagai pribadi mahasiswa yang mampu menjadi orang yang bermanfaat bagi orang sekelilingnya. Karena jika konsep ini termanifestasi dengan baik. Maka akhlaq menjadi baik (Husn al Khuluq). Sebab, hampir semua dosa terbentuk karena ke-aku-an, ego yang tinggi, memikirkan diri sendiri.

“Kita makhluk yang punya akal, maka harus menahklukan penjara dunia. Untuk memperbaiki diri. Jadi manusia yang mampu menciptakan sejarah, bukan hanya tertelan oleh sejarah. Manusia harus menjadi makhluk yang dekat dengan ilmu,” katanya.

Fahrudin menambahkan, Jika melakukan sesuatu tidak minta balasan apapun dari siapapun, kecuali pada Allah Swt. Kedua, ada perubahan pada orang lain, karena hadirnya dirimu tengah-tengah mereka.

“Sehingga mempunyai akhlak yang baik. Karena makhluk seperti ini, adalah makhluk yang sangat dekat dengan keilmuan,”pungkasnya. (Wan/Rhm)