Marpuah: Emansipasi Perempuan Wujudkan Demokrasi Sangatlah Penting
Masih segar dalam ingatan, getar sumpah pemuda, pekik proklamasi merdeka, ditambah gelegar pidato Bung Tomo yang menusuk setiap jantung para pendengarnya. Patut rasanya, hari ini kita mensyukuri warisan pada pendahulu yang rela menanggung derita untuk melihat tawa generasinya.
Entah apa yang mereka rasakan, namun getar rasa cinta atas tanah tumpah darah, hingga kini masih saja terpaut, dan itu merupakan refleksi bersama. Mengambil nilai-nilai luhur atas perjuangan demi tercipta kemerdekaan sepenuhnya.
Pahlawan bukan hanya sosok laki-laki saja yang mengambil bagian penting disana. Ada banyak perempuan di Indonesia yang turut serta mewarnai merah perjuangan serta putih gigihnya pengorbanan. Ada RA kartini, Cut Nyak Dien, Cut Meutia, dan lain-lain. Itu bukti sejarah, menegaskan bahwa perempuan tak bisa dipandang sebelah mata.
Refleksi Hari Pahlawan tahun ini, Tuban dalam dua kondisi yang berbeda seperti biasanya. Adanya Pandemik Covid-19 serta Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) menjadikan Tuban harus bekerja extra. Menghadapi serangan virus yang tak nampak wujudnya, sekaligus menyiapkan pesta demokrasi agar tetap berjalan sesuai prosedur yang ada.
Hal menarik dari pesta demokrasi tahun ini salah satunya, dengan kehadiran sosok perempuan dijajaran pimpinan Badan Pengawasan Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Tuban. Marpuah, S. Pd. Sosok perempuan yang bisa dibilang tidak biasa. Berkecimpung di dunia kepemilihan ia mulai dari bawah hingga sampai diposisi yang sekarang. Tentu itu membutuhkan perjuangan gigih tanpa menyerah.
Hari ini tim Tuban Berita Baru mendapatkan kesempatan yang luar biasa untuk berbincang dengannya. Meski di tengah segudang tugas dan tangung jawab sebagai bagian dari penyelenggara Pilkada.
Kesan pertama yang nampak hanya keramahan. Sambutan senyum dan bersuara tegas khas seorang aktivis mewarnai diskusi seputar kondisi perempuan di tengah arus demokrasi.
“Peran perempuan hari ini lebih mudah terfasilitasi karena perkembangan teknologi, beda dengan dulu. Harus rela berdarah-darah. Bahkan kehormatan dan nyawa sudah biasa menjadi taruhannya,” ucapnya sambil mengingat kisahnya saat memulai terjun kepemiluan.
Dalam pandangannya, perempuan sering dimasukan dalam kelompok rentan. Hal ini dikarenakan banyak perempuan mengalami banyak masalah baik kekerasan, ekonomi, konflik, kemiskinan, dan lain-lain. Dan sampai sekarang, isu-isu tersebut masih menjadi isu umum di berbagai negara.
Stereotip peran perempuan pun masih dianggap sebagai masyarakat kelas dua, perempuan hanya dianggap bisa mengurus urusan rumah tangga saja. Pada kenyataannya, peran perempuan bisa jauh lebih luas dan dapat menjadi aktor strategis dalam berbagai bidang, baik dari lingkup terkecil yaitu keluarga sampai di tingkat nasional.
“Saya sering mengingatkan kepada kader-kader tentang kodrat perempuan, jangan dilupakan itu. Namun perempuan harus juga berperan aktif juga. Berinovasi serta berprogresif diri,” tegasnya.
Baginya Indonesia sudah menjadi bangsa yang besar. Dilihat dari nilai keluhuran budaya, serta peranan sentuhan agama yang menjadikan setiap jengkal tanahnya terberkahi doa dan khazanah. Ikatan tetes darah, keringat, maupun air mata, semua itu menjalin ikatan tali persaudaraan. Baik antar ras, suku, dan budaya. Bersatu padu atas nama Bhineka Tunggal Ika. Dan semua itu tak lepas peranan perempuan disetiap titiknya.
Perempuan kelahiran Tuban 16 April 1986 ini mengakui, emansipasi perempuan dalam mewujudkan demokrasi sangatlah penting. Kaitannya dengan regulasi atau peraturan yang menaungi, semuanya memberikan peluang yang besar bagi perempuan untuk turut serta andil bagian. Dibuktikan di berbagai daerah yang ada di Indonesia, perempuan menjadi pimpinan baik di jajaran pemerintahan, maupun bidang kepemiluan.
“Intinya jangan ragu. Kalau mau pasti bisa. Tho para pendahulu kita sudah memberikan contoh konkrit. Jika perempuan itu layak dan patut juga mewarnai dinamika bernegara,” ucapnya.
Ia juga menceritakan, kisah RA Kartini yang memperjuangkan hak perempuan untuk mendapatkan hak bersuara dan berpendidikan. Ada juga Cut Nyak Dien seorang perempuan yang suaranya seperti kobaran api, membakar semangat para penduduk Aceh yang bahkan sampai akhir hayatnya masih saja mengumandang perjuangan.
Berkaca dari kisah tersebut, perempuan yang juga sosok aktivis ini, mengajak perempuan tak hanya berpangku tangan untuk andil mewujudkan pemerintahan demokrasi yang menyejahterakan. Terlebih dalam pesta demokrasi hari ini. Baginya pemilu adalah gerbang untuk melahirkan pemimpin yang benar-benar sesuai konstitusi negara dan undang-undang yang ada.
“Terpenting dari semua itu, perempuan tahu kodratnya lalu segalanya perannya sebagai manusia. Jadi bisa berbagi peran dengan enjoy dan bahagia. Kuncinya komunikasi yang baik dengan keluarga terlebih suami,” tutupnya.
Quotes:
“Cantiknya seorang wanita bukan dilihat dari cara ia memoles bibir, tapi mengeksplor diri, berprestasi dan menginspirasi adalah kecantikan hakiki” (Marpuah)