Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Dumbek Jajanan Tradisional Khas Tuban yang Go Internasional

Dumbek Jajanan Tradisional Khas Tuban yang Go Internasional



Berita Baru, Tuban – Di tengah derasnya arus informasi dan perkembangan segala jenis produksi barang. Menuntut para pengusaha untuk bergerak melakukan inovasi dengan mempertahankan kualitas barang yang ditawarkan.

Tak terkecuali para pengusaha makanan tradisional yang ikut serta ambil bagian harus berkembang mengikuti zaman. Salah satunya H. Sahenan, pengusaha jajan tradisional Dumbek yang berasal dari Desa Kesamben, Kecamatan Plumpang Kabupaten Tuban. Ia memulai usahanya semenjak tahun 1985 hingga sekarang.

Usaha jajanan Dumbek merupakan usaha turun-temurun yang diwariskan dari keluarganya. Ilmu membuat khas ini didapatkan dari Mbah Kasmirah, Ibu dari H. Sahenan. Bersama istrinya, Sukaryem usaha ini dijalankan sehari-hari, sejak pagi hingga petang. Semua dikerjakan masih secara tradisional. Menggunakan kayu bakar demi menjaga cita rasa tradisional yang ada.

“Dumbek dulu dibuat untuk lamaran atau hajatan, kalau sejarahnya saya tidak tahu, kalau orang-orang sering memplesetkan Dumbek itu di dudu karo di mbek-mbek,” tuturnya sambil terkekeh kepada Beritabaru.co, Minggu (04/10/2020).

Pria kelahiran 1952 itu menuturkan, jika semua bahan dipilih yang terbaik. Bahkan kelapa pun memilih yang paling berkualitas.

Bahan-bahan untuk membuat Dumbek yaitu beras, kelapa, dan gula jawa (gula aren). Jika ada pesenan mengunakan susu juga bisa. Kualitas jajanannya di jamin tidak akan berubah kualitasnya. Sedangkan lontar untuk bahan pembuatan Urung (wadah Dumbek), didapatkan dengan berlangganan penjual lontar semenjak tahun 2000.

H. Sahenan yang memiliki Putra 5 cucu 10 itu, tak hentinya melakukan inovasi. Berbagai macam varian rasa yang sudah ia kembangkan.

“Rasa mulai dari Coklat, Vanilla, Nangka, Durian, stroberry, atau rasa yang lain sudah bisa di produksi tergantung pesanan,” terangnya.

Dalam sehari bisa memproduksi 3.000 Dumbek. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen rumahan dan para pedagang yang ada di pasar. Dulu dalam sehari bisa memproduksi 6000 buah dalam sehari. Karena dulu produksi dibantu beberapa karyawan dari para tetangga, tapi sekarang sudah membuka usaha Dumbek sendiri-sendiri.

“Bakul Dumbek se-Kesamben dulu 3 orang. Sekarang 8 orang dari mantan karyawan sini. Dua diantaranya anak saya sendiri,” ucap pria berusia lebih dari setengah abad itu.

H. Sahenan juga bercerita jika dulu pernah mengisi penataran di Tuban. Mengajar peserta pelatihan membuat Dumbek yang di adakan oleh Dinas Diskoperindag. Lebih jauh pada tahun 1990 pernah mendapatkan 1 juta dana hibah dan pinjaman kelapa 7 kwintal setengah. Setiap bulan mengansur di koperasi.

“Dumbek kalau dipasarkan sekitar sini ya, dimasak 1 jam. Kalau dibawa keluar kota atau luar pulau ya bisa sampai 2 jam-an,” jelasnya.

Dumbek produksinya sudah dikenal luas. Bahkan sudah menembus pasar luar negeri. Hampir seluruh Jawa Timur sudah pernah merasakan Dumbek khas Tuban. Kalimantan, beberapa wilayah lain di Indonesia dan bahkan sudah menembus pasar Malaysia.

Selain itu juga pria yang sehari-hari memakai celana pendek itu, memperdayakan masyarakat sekitar untuk membuat Urung (wadah Dumbek yang terbuat dari daun lontar). 100 urung mendapat upah 5.000 rupiah. Semakin banyak membuat urung maka semakin banyak upah yang didapat. Untuk harga per Dumbek 1.500, jika menggunakan campuran susu banyak atau varian rasa yang lain harga 2.000.

“Modal saya hanya jujur, kualitas saya jaga, dan saya terbuka siapapun yang mau belajar kesini. Itu kunci suksesnya,” pungkasnya. (Mam/Dur)